temp

Senin, 19 September 2011

Rule-Based Systems


Menurut Ignizio (1991:74), saat ini modus yang populer dalam me-representasi pengetahuan ke dalam sistem pakar adalah dengan Rule-Based System (Sistem Berbasis Aturan), atau biasa disebut aturan IF-THEN. Hal tersebut berdasarkan karena Rule Base Systems telah digunakan secara luas. Namun, tidak berarti Rule-Based System merupakan pendekatan terbaik untuk setiap situasi. Ada banyak orang yang memberikan argument persuasif untuk pendekatan yang lain.
Rule-Based System sendiri adalah sebuah program yang menggunakan aturan IF-THEN (Irawan, 2007:4). Proses penyelesaian masalah pada sistem ini yaitu dengan menciptakan sederet fakta-fakta baru yang merupakan hasil dari sederetan proses inferensi sehingga membentuk semacam jalur antara definisi masalah menuju pada solusi masalah.
Sebuah Rule-Based System dapat dibentuk dengan menggunakan sebuah assertions set, yang secara kolektif membentuk working memory, dan sebuah rule set yang menentukan aksi pada assertions set.  RBS secara relatif adalah model sederhana yang bisa diadaptasi ke banyak masalah. Namun, jika ada terlalu banyak peraturan, pemeliharaan sistem akan rumit dan terdapat banyak failure dalam kerjanya.
Gambar arsitektur Rule Based System
 
Untuk mengelola rules , terdapat 2 pendekatan yaitu :
  1. Forward Chaining, dimana rules diproses berdasarkan sejumlah fakta yang ada, dan didapatkan konklusi sesuai dengan fakta-fakta tersebut. Pendekatan forward chaining disebut juga data driven.
  2. Backward Chaining, dimana diberikan target (goal), kemudian rules yang aksinya mengandung goal di-trigger. Backward chaining ini cocok untuk menelusuri fakta yang masih belum lengkap, disebut juga goal driven.

Pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari
Pengelolaan rules diatas dapat dijadikan pendekatan solusi dalam permasalahan yang ada di lingkungan sekitar kita. Contohnya dibidang pertanian, yaitu pada kasus penyakit tanaman padi [4]. Terserangnya tanaman padi oleh penyakit atau hama, menyebabkan sering terjadi kegagalan panen. Sebenarnya hal ini dapat diketahui melalui gejala-gejala yang muncul, sehingga kegagalan panen dapat dicegah. Namun, dibutuhkan ahli pertanian untuk memahami gejala-gejala dari serangan penyakit/hama tersebut. Melalui pembangunan sistem pakar yang dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat mengadopsi perkembangan penyakit penalaran yang digunakan berbasis aturan (Rule-Based Reasioning) dengan metode inferensi forward chaining dan  backward chaining.


Tabel Basis Pengetahuan Sistem Pakar Tanaman Padi
Permasalahan lainnya yaitu di bidang kesehatan pada Identifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut[5]. Pembuatan sistem berbasis aturan yang berbasis dekstop yang dapat digunakan sebagai media konsultasi agar dapat mengetahui jenis obat atau ramuan tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernapasan.
Tampilan antarmuka Konsultasi Infeksi Saluran Pernfasan Akut
Masih banyak lagi pemanfaatan sistem pakar untuk membantu kita dalam permasalahan di lingkungan sekitar. 

Referensi :
Ignizio, James P., 1991, Introduction to Expert Systems: The Development and Implementation of Rule-Based Expert System, McGraw-Hill, Singapore.[1]
Irawan, Jusak, 2007, Buku Pegangan Kuliah Sistem Pakar, STIKOM, Surabaya. [2]
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Padi Berbasis Web dengan Forward dan Backward Chaining, http://telkomnika.ee.uad.ac.id/n9/files/Vol.7No.3Des09/7.3.12.09.07.pdf [4]
Rancang Bangun Sistem Berbasis Aturan untuk Identifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut, http://ppta.stikom.edu/upload/upload/file/06410100048makalah%20Era%20Safitri_06.41010.0048.pdf [5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar